Selasa, 15 November 2011


SAMPAH, BARANG BEKAS DAN NILAI BISNIS

        Persoalan sampah adalah persoalan siapa saja. Setiap orang, keluarga, kelompok masyarakat lainnya pasti menghasilkan sampah. Seorang ibu rrumah tangga yang memasak dan menyiapkan makanan untuk keluarganya, akan menghasilkan sisa-sisa bahan yang tidak berguna dan akan dibuang ke bak sampah. Karena itu semua pihak bertanggung jawab dalam masalah sampah.
        Begitu juga dengan kalangan dunia usaha yang ttelah banyak mengambil manfaat dan keuntungan dari bisnisnya. Para pelaku bisnis yang memproduksi suatu barang, tentu juga akan menghasilkan sampah yang tidak sedikit. Bahkan kemasan produk yang telah sampai di tangan konsumen pun tentu akan menjadi sampah, dan barang bekas yang di buang. Pertanyaannya adalah apakah misi bisnis setiap pengusaha sudah mengikutsertakan nilai-nilai dalam pengelolaan sampah yang dihasilkannya?
        Data dari Kantor Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) menyebuutkan bahwa jumlah sampah yang dihasilkan setiap kota di Indonesia rat-rata mencapai 200 ton setiap harinya. Ini tentu fakta yang mencengangkan. Ironisnya, kemampuan pemeerintah, terutama pemerintah daerah dalam mengelola dan mengolah sampah ternyata masih sangat rendah. Syarat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang menjadi tumpuan dalam pengolahan sampah sangat jauh dari yang diharapkan.
        Melihat fakta ini kita tentu maklum dsengan berbagai bencana yang melanda berbagai kota dari sampah-sampah yang menggunung tersebut. Begitu juga dengan sejumlah bencana alam berupa tanah longsor yang menelan banyak korban jiwa mengiringi problem sampah di berbagai daerah.
        Pada sisi lain, tidak sedikit pula tangan-tangan kreatif yang mampu menyulap sampah ( barang bekas) menjadi produk bisnis yang sangat komersial.  Sebut saja diantaranya produk kerajinan kertas daur ulang, produk kerajinan cangkang telur yang memanfaatkan sampah dari kulit telor, ataupun seperti yang dilakukan komunitas “Cling of Uwuh” yang mampu mengelola dan mengolah sampah kemasan plastic menjadi berbagai produk komersial.
        Dari problem sampah yang mengancam kelangsungan kehidupan bumi, kita dapat belajar banyak. Untuk jadi pengusaha, kita tentunya tak boleh sekedar mengejar keuntungan semata. Sejak awal menjalankan bisnis, sudah semestinya kita bertanggung jawab terhadap sampah bisnis yang dihasilkan. Seperti halnya ssebagai pengusaha muslim, unsure syariah dalam berbisnis harus kita terapkan agar keuntungan yang diperoleh juga halal, barokah, dan toyibah. Pada sisi lain, untuk menjalankan usaha kita juga tak perlu menunggu ide besar untukmembuat sebuah produk bisnis. Karena, tidak sedikit ide ataupun sumber bahan untuk  bisnis ternyata berceceran dan terhampar di sekitar kita, termasuk barang-barang bekas yang terbuang. Sekarang tinggal kreatifitas, kemauan, dan niat kita didalam menjalankan bisnis itu.

SUMBER : PENGUSAHA MUSLIM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar